Home » AHY: Pembangunan TOD Tekan Konsumsi BBM, LRT CITY Ciracas Jadi Contoh Nyata Hunian Berkelanjutan
AHY: Pembangunan TOD Tekan Konsumsi BBM, LRT CITY Ciracas Jadi Contoh Nyata Hunian Berkelanjutan

TOD sebagai Solusi Mobilitas Ramah Lingkungan
Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur & Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menegaskan pentingnya pengembangan kawasan hunian berbasis Transit Oriented Development (TOD) untuk mendukung efisiensi energi nasional.
Menurut AHY, pembangunan hunian dengan konsep TOD mampu menekan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) karena masyarakat terdorong menggunakan transportasi publik alih-alih kendaraan pribadi. Langkah ini sekaligus menjadi bagian dari strategi Indonesia menuju target nol emisi karbon 2060.
“Di bidang perumahan, pembangunan transit oriented development menghubungkan hunian terjangkau dengan transportasi umum, mengurangi permintaan energi dan meningkatkan kualitas hidup. Pendekatan ini menegaskan prinsip penting bahwa transisi energi dan infrastruktur berkelanjutan harus berkembang bersama,”.
AHY dalam PYC International Energy Conference 2025 di Jakarta, Sabtu (23/8/2025).
LRT CITY Ciracas: Contoh Nyata Hunian TOD Property di Jakarta Timur
Salah satu proyek yang merepresentasikan konsep ini adalah LRT CITY Ciracas, sebuah kawasan hunian modern yang terintegrasi langsung dengan Stasiun LRT Ciracas, Jakarta Timur.
Sebagai bagian dari pengembangan Properti TOD Property, LRT CITY Ciracas menghadirkan apartemen, ruang komersial, dan fasilitas publik yang terhubung dengan transportasi massal. Konsep ini tidak hanya mendorong efisiensi mobilitas, tetapi juga membantu mengurangi emisi karbon dengan memperkuat penggunaan angkutan umum.
Properti TOD Property seperti LRT CITY Ciracas menjadi bukti nyata bagaimana pembangunan TOD dapat menghadirkan gaya hidup berkelanjutan sekaligus menjadi investasi properti strategis.
TOD dalam RPJMN 2025–2029
AHY menjelaskan bahwa pengembangan TOD telah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029, dengan menempatkan keberlanjutan sebagai inti perencanaan infrastruktur.
Di bidang transportasi, pemerintah terus mengembangkan MRT, LRT, bus listrik, hingga kereta berkecepatan tinggi untuk mengurangi emisi dan kemacetan. Sementara itu, proyek infrastruktur lain seperti pelabuhan hijau, bandara berkelanjutan, serta jalan dan bendungan ramah iklim juga mulai diwujudkan.
Tantangan dan Target Energi Terbarukan
Meski demikian, AHY mengakui persentase energi baru terbarukan Indonesia masih rendah, yakni 14% pada 2024, jauh dari target 23% di 2025. Untuk mencapai net zero emission 2060, Indonesia membutuhkan investasi lebih dari US$1 triliun dalam 30 tahun ke depan.
“Angka-angka ini bukan sekadar data, melainkan panggilan untuk bertindak. Transisi energi bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan ekonomi, sosial, dan geopolitik,” pungkas AHY.